Selasa, 11 Agustus 2015

MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA AKAN PENDIDIKAN


Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Tafsir 1
Dosen Pengampu : Abdul Fatah, Lc, M.Th.I
 Di Susun Oleh :
ü  Nilatil Husna
ü  Mamluatul Khoiriyah
ü  Nur Islamiyah
ü  Nur Erfi Munfaati




JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT KEISLAMAN ABDULLAH FAQIH (INKAFA)
SUCI MANYAR GRESIK
2014


KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum wr.wb
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat allah yang telah memberikan taufik,inayah,hidayahnya kepada kita sehingga kita bisa menjalankan aktifitas kita dengan baik.     
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad S.A.W yang telah menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni agama islam.
Makalah Tafsir ini kami susun sebagai tugas untuk mata kuliah yang diampu oleh Ust. Abdul Fattah, Lc, M.Th.I dengan judul:
“ KEBUTUHAN MANUSIA AKAN PENDIDIKAN ”
Dengan harapan makalah ini bisa dijadikan referensi bagi siapapun yang membutuhkan dan bisa bermanfaat terutama dari kalangan teman-teman siswa yang sama menimba ilmu pengetahuan,
Semoga Allah menunjukkan jalan yang terang bagi siapapun yang ikhlas atas segala yang diamalkannya.



                                                                            Gresik, 17 September 2014
                                                                                              

                                                                                          Pemakalah


DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii 
Daftar Isi   iii
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C.     Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.     Definisi kebutuhan manusia akan pendidikan.......................................... 3
B.     Faktor yang mempengaruhi kebutuhan pendidikan.................................. 6
C.      Manusia dan proses penyempurnaan diri.................................................. 9
BAB III PENUTUP
.    Simpulan............................................................................................... 12
B.     Saran.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA


 BAB IPENDAHULUAN  A.    Latar Belakang
Pada kenyataannya memang benar bahwa Pendidikan adalah salah satu kebutuhan manusia. Manusia dalam kenyataan hidupnya menunjukkan bahwa ia membutuhkan suatu proses belajar yang memungkinkan dirinya untuk menyatakan eksistensinya secara utuh dan seimbang. Manusia tidak dirancang untuk dapat hidup secara langsung tanpa proses belajar terlebih dahulu untuk memahami jati dirinya dan menjadi dirinya. Dalam proses belajar itu seseorang saling tergantung dengan orang lain. Proses belajar dimulai dengan orang terdekatnya. yang selanjutnya proses belajar itulah yang menjadi basis pendidikan.
Sedikit berbicara mengenai pendidikan, Ngalim M Purwanto (1995) mengungkapkan bahwa pendidikan adalah proses pewarisan nilai dan pengalaman dalam artian positif untuk mengembangkan peserta didik agar memiliki bekal dalam hidupnya baik dalam kehidupan pribadinya maupun kehidupan sosialnya. Pendidikan, baik formal maupun nonformal, adalah sarana untuk pewarisan kebudayaan. Setiap masyarakat mewariskan kebudayaannya kepada generasi yang lebih kemudian agar tradisi kebudayaannya tetap hidup dan berkembang, melalui pendidikan. Pendidikan dapat diartikan segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, produk pendidikan sering hanya diukur  dari perubahan eksternal yaitu kemajuan fisik dan material  yang dapat meningkatkan pemuasan kebutuhan manusia. Masalahanya adalah bahwa  manusia dalam memenuhi kebutuhan sering bersifat tidak terbatas, bersifat subyektif yang sering justru dapat menghancurkan harkat kemanusiaan yang paling dalam yaitu kehidupan rohaninya.Produk pendidikan berubah menghasilkan manusia yang cerdas dan terampil untuk melakukan pekerjaannya, tetapi tidak memiliki kepedulian dan perasaan terhadap sesama manusia. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan menjadi instrumen kekuasaan dan kesombongan untuk memperdayai orang lain, kecerdikannya digunakan untuk menipu dan menindas orang lain, produk pendidikan berubah menghasilkan manusia yang serakah dan egois.[1]   B.     Rumusan Masalah
Makalah berikut akan kami rumuskan sebagai berikut :1.      Apa definisi kebutuhan manusia akan pendidikan ?
2.      Apa faktor yang mempengaruhi kebutuhan pendidikan ?
3.      Bagaimana proses penyempurnaan manusia ?
 C.    Tujuan
Makalah ini bertujuan sebagai berikut :1.      Mengetahui tentang definisi kebutuhan manusia akan pendidikan.
2.      Mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi kebutuhan pendidikan.
3.      Mengetahui tentang proses penyempurnaan manusia.
  BAB IIPEMBAHASAN  A.     Definisi kebutuhan manusia akan pendidikan
Kebutuhan manusia terhadap pendidikan merupakan kebutuhan asasi dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di mana mereka mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Dalam konteks ini, pendidikan melatih manusia untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungan (baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan alam).Prof.John S.Brubacher, mengemukakan: bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses penyesuaian diri secara timbal balik dari seseorang dengan manusia lainnya dan dengan lingkungannya.Dari ungkapan Brubacher tadi, jelas bahwa dengan adanya penyesuaian-penyesuaian tersebut akan membawa manusia kepada terbentuknya suatu kemampuan dan peningkatan kapasitas individual yang secara perlahan menunjukkan adanya perubahan-perubahan. Dalam konteks pendidikan, perubahan-perubahan tersebut merupakan proses yang terjadi pada potensi yang telah ada, untuk selanjutnya menjadi nyata, berkembang dan menjadi lebih baik.Sejalan dengan pendapat di atas, M.J.Adler, mengemukakan bahwa pendidikan pada manusia bertujuan untuk melatih dan membiasakan manusia sehingga potensi, bakat dan kemampuannya menjadi lebih sempurna.Ini menggambarkan bahwa manusia membutuhkan pendidikan untuk menjadikan manusia lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna.[2]Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (long life education). Islam memotivasi pemeluknya untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan. Tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi sama dalam pandangan Islam dalam kewajiban untuk menuntut ilmu (pendidikan). Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan ukhrowi saja yang ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan urusan duniawi juga. Karena tidak mungkin manusia mencapai kebahagiaan hari kelak tanpa melalui jalan kehidupan dunia ini.
Islam juga menekankan akan pentingnya membaca, menelaah, meneliti segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini. Membaca, menelaah, meneliti hanya bisa dilakukan oleh manusia, karena hanya manusia makhluk yang memiliki akal dan hati. Selanjutnya dengan kelebihan akal dan hati, manusia mampu memahami fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya, termasuk pengetahuan. Dan sebagai implikasinya kelestarian dan keseimbangan alam harus dijaga sebagai bentuk pengejawantahan tugas manusia sebagai khalifah fil ardh.al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan:$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ 
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
                                                                       
al-Qur’an juga telah memperingatkan manusia agar mencari ilmu pengetahuan, sebagaimana dalam al-Qur’an surat at-Taubah ayat 122 disebutkan:* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ 
122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.8            Dari sini dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Karena dengan pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang membawa madharat. Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan: Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)Hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam mewajibkan kepada seluruh pemeluknya untuk mendapatkan pengetahuan. Yaitu, kewajiban bagi mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan.9Dalam maqalah Imam Syafi’i disebutkan :                                                                   
Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barangsiapa menginginkan keduanya, maka harus dengan ilmu”.10Dari sini, sudah seyogyanya manusia selalu berusaha untuk menambah kualitas ilmu pengetahuan dengan terus berusaha mencarinya hingga akhir hayat. Dalam al-Qur’an surat Thahaa ayat 114 disebutkan: Katakanlah: ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan’.”[3] B.     Faktor yang mempengaruhi kebutuhan pendidikan
Dalam kenyataannya ada beberapa hal yang mempengaruhi kebutuhan manusia akan pendidikan, diantaranya :1.      Faktor internal 24Yakni faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan pendidikan yang berasal dari dalam diri manusia . potensi manusia merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi kebutuhan pendidikan manusia. Karena potensi sudah menjadi fitrah manusia yang telah diberikan oleh ALLAH SWT seiring dengan diciptakannya manusia.                                                   
Manusia memiliki potensi untuk mengetahui, memahami apa yang ada di alam semesta ini. Serta mampu mengkorelasikan antara fenomena yang satu dan fenomena yang lainnya. Karena hanya manusia yang disamping diberi kelebihan indera, manusia juga diberi kelebihan akal. Yang dengan inderanya dia mampu memahami apa yang tampak dan dengan hatinya dia mampu memahami apa yang tidak nampak. Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 31 disebutkan:Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya”. Yang dimaksud nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya.Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Tuhan.                                
Namun, di sisi lain manusia juga memiliki nafsu yang cenderung mendorong manusia untuk menuruti keinginannya. Nafsu jika tidak terkontrol maka yang terjadi adalah keinginan yang tiada akhirnya. Nafsu juga tidak jarang menjerumuskan manusia dalam lembah kenistaan. Dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 53 disebutkan:25Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku”.                                                                                                     
     Al-Qur’an menandaskan bahwa umat Islam adalah umat terbaik, yang mampu menciptakan lingkungan yang baik, kondusif, yang bermanfaat bagi seluruh alam. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.                                            26 Dalam al-Qur’an surat Ali Imron ayat 110 disebutkan: 27Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.
 Sabda Nabi saw.:Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat”.                  
Pisau akan sangat berguna ketika digunakan oleh orang yang berpikiran positif dan ahli dalam menggunakan pisau. Sebaliknya, ketika pisau digunakan oleh orang yang berpikiran negatif, niscaya bukan kemanfaatan dan kemaslahatan yang akan dihasilkan dari pisau itu, melainkan kemadharatan.                                                Demikian halnya dengan pengetahuan, ketika penggunaannya bertujuan untuk mencapai kemanfaatan niscaya pengetahuan itu pun akan bermanfaat. Namun sebaliknya, ketika pengunaan pengetahuan digunakan untuk kemadharatan, maka kemadharatan itulah yang akan didapat.        Ilmu pengetahuan adalah sebuah hubungan antara pancaindera, akal dan wahyu. Dengan pancaindera dan akal (hati), manusia bisa menilai sebuah kebenaran (etika) dan keindahan (estetika). Karena dua hal ini adalah piranti utama bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Namun, disamping memiliki kelebihan, kedua piranti ini memiliki kekurangan. Sehingga keduanya masih membutuhkan penolong untuk menunjukkan tentang hakikat suatu kebenaran, yaitu wahyu. Dan dengan wahyu manusia dapat memahami posisinya sebagai khalifah fil ardh.                                                                     
Wahyu yang diturunkan kepada manusia tidak hanya berisikan perintah dan larangan saja, akan tetapi lebih dari itu al-Qur’an juga membahas tentang bagaimana seharusnya hidup dan menghargai kehidupan. Dan tidak terlepas juga di dalam al-Qur’an dikaji tentang sains dan teknologi sehingga tidaklah berlebihan jika kita menyebutnya sebagai kitab sains dan medis.                                                                          Namun, berbagai bentuk kemajuan sains dan teknologi serta ilmu pengetahuan tanpa didasari tujuan yang benar, niscaya hanya akan menjadi sebuah bumerang yang menghancurkan kehidupan manusia. Karena tidak jarang saat ini manusia malah mengalami kejenuhan, kehampaan jiwa, hedonisme, materialisme bahkan dekadensi moral yang tidak jarang pula implikasinya merugikan diri mereka sendiri bahkan lingkungan sekitar. Padahal dengan adanya kemajuan sains dan teknologi kehidupan manusia diharapkan menjadi lebih mudah, efisien, instan, yang bukan malah menimbulkan tekanan jiwa dan kerusakan lingkungan.                             Dalam Islam telah digariskan aturan-aturan moral penggunaan pengetahuan. Apapun pengetahuan itu, baik kesyaritan maupun lainnya, teoritis maupun praktis, ibarat pisau bermata dua yang dapat digunakan pemiliknya untuk berlaku munafik dan berkuasa atau berbuat kebaikan dan mengabdi kepada kepentingan umat manusia. Pengetahuan tentang atom umpamanya, dapat digunakan untuk tujuan-tujuan perdamaian dan kemanusiaan, tapi dapat pula digunakan untuk menghancurkan kebudayaan manusia melalui senjata-senjata nuklir.[4]2.      Faktor eksternal 
                                                                           
Selain potensi sebagai faktor internal manusia, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi kebutuhan pendidikan, di antaranya :                        
Faktor kebudayaan; pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Kebudayaan dan pendidikan memiliki pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah. Begitu juga kebutuhan pendidikan akan semakin meningkat  Semisal jika dalam suatu daerah terdapat home schooling (sekolah rumahan) dengan kata lain pendidikan privat yang telah membudaya, maka kebutuhan akan pendidikan pun akan meningkat, karena masyarakat ingin anak-anak mereka menjadi lebih pintar melalui pendidikan privat tersebut.                    Faktor ekonomi; Persoalan ekonomi merupakan salah satu persoalan sangat penting dalam proses pendidikan formal. Oleh karena itu, bilamana ekonomi seseorang mengalami kesuraman niscaya proses pendidikannya akan terhambat. Dan kebutuhan pendidikan pun akan berkurang karena lebih mementingkan kebutuhan yang bersifat dasar (basic). Sebagaimana pada pendapat maslow pada hierarki kebutuhan manusia, manusia cenderung memenuhi kebutuhan dasar yang paling bawah dan bertahap pada kebutuhan yang lebih tinggi.                 
Faktor sosial; sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa lepas dari berkomunikasi dan berhubungan dengan manusia yang lain. Dalam berintraksi dengan orang lain kadang kala terjadi suatu permasalahan yang tidak diinginkan dan tidak diharapkan, semisal perkelahian antara siswa dalam suatu sekolah. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mengatasi masalah sosial tersebut. Dan mungkin masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan pendidikan bagi manusia.[5] C.    Manusia dan proses penyempurnaan diri
Setiap manusia dilahirkan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan yang berbeda dari manusia lainnya. Dengan bekal itu kemudian dia belajar: mula-mula melalui hal yang dapat diindra dengan menggunakan panca indranya sebagai jendela pengetahuan; selanjutnya bertahap dari hal-hal yang dapat diindra kepada yang abstrak, dan dari yang dapat dilihat kepada yang dapat difahami. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam teori empirisme dan positivisme dalam filsafat. Dalam firman Allah Q.s. an-Nahl ayat 78 disebutkan:12
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.                                                                                     Dengan pendengaran, penglihatan dan hati, manusia dapat memahami dan mengerti pengetahuan yang disampaikan kepadanya, bahkan manusia mampu menaklukkan semua makhluk sesuai dengan kehendak dan kekuasaannya. Dalam al-Qur’an surat al-Jatsiyah ayat 13 disebutkan:13
Dan dia menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”.Perbedaan-perbedaan ini muncul dalam benak manusia karena pada dasarnya yang bertuhan adalah manusia, di mana manusia itu lahir, tumbuh dan berkembang dibentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dijumpai dalam realitas sejarah hidupnya.                                                                               
Jadi, bila langkah pertama untuk mengenal Tuhan adalah mengenal diri sendiri terlebih dahulu secara benar, maka langkah pertama yang harus kita tempuh ialah bagaimana mengenal diri kita secara benar.                          
Bagi mereka yang berpandangan atau terbiasa dengan metode berpikir empirisme-materialistik akan sulit diajak untuk menghayati makna penyempurnaan kualitas insani sebagaimana yang lazim diyakini di kalangan para sufi.   
Kritik terhadap aliran materialisme akhir-akhir ini semakin gencar, dan akan mudah dijumpai pada berbagai bidang studi keilmuan Barat kontemporer dengan dalih, antara lain, paham ini telah mereduksi keagungan manusia yang dinyatakan Tuhan sebagai moral and religious being.                                      
Ralph Ross, misalnya, memberikan contoh yang amat sederhana tetapi gamblang betapa miskinnya penganut materialisme dalam memahami kehidupan yang penuh nuansa ini.                                                                                        Progressive reductionism works as follows. An art object is only mass and light waves; an act of love only chemiphysical, only electrical charges; therefore, the art object or act of love is only a flow of electricity. (Ralph Ross,  1962,  hal. 8).               Pandangan yang begitu dangkal tentang manusia secara tegas dikritik oleh Alquran. Menurut doktrin Alquran, manusia adalah wakil  Tuhan di muka bumi untuk melaksanakan 'blueprint'-Nya membangun bayang-bayang surga di bumi ini (QS. 2:3).                                                                                                     
Lebih dari itu, dalam tradisi sufi terdapat keyakinan yang begitu populer bahwa manusia sengaja diciptakan Tuhan karena dengan penciptaan itu Tuhan akan melihat  dan menampakkan kebesaran diri-Nya.                                    
Kuntu kanzan makhfiyyan fa ahbabtu an u'rafa fa khalaqtu al-khalqa fabi 'arafuni (Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Kuciptakanlah makhluk, maka melalui Aku mereka kenal Aku).               Terlepas apakah riwayatnya sahih ataukah lemah, pada umumnya orang suf menerima hadis tersebut, namun dengan beberapa penafsiran yang berbeda. Meski demikian, mereka cenderung sepakat bahwa manusia adalah microcosmos yang memiliki sifat-sifat yang menyerupai Tuhan dan paling potensial mendekati Tuhan (Bandingkan  QS. 41: 53).                                                    
Dalam QS. 15: 29, misalnya, Allah menyatakan bahwa dalam diri manusia memang terdapat unsur Ilahi yang dalam Alquran beristilah "min ruhi." Pendek kata, realitas manusia memiliki jenjang-jenjang dan mata rantai eksistensi. Bila diurut dari bawah, unsurnya ialah minerality, vegetality, animality, dan humanity.[6]                                                                                                                       
 BAB IIIPENUTUP A.     Simpulan
Dari keterangan yang telah kami paparkan di atas ada beberapa poin penting,  yang menjadi perhatian dalam penulisan makalah ini, yakni:
1.      Kebutuhan manusia terhadap pendidikan merupakan kebutuhan asasi dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di mana mereka mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya.
2.      Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan pendidikan dapat dikategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu:
Ø  Faktor internal yaitu sesuatu yang melekat pada diri manusia itu sendiri yakni potensi manusia.
Ø  Faktor eksternal antara lain; faktor kebudayaan, faktor ekonomi, faktor social, dan lainnya.
3.      Langkah pertama untuk mengenal Tuhan adalah mengenal diri sendiri terlebih dahulu secara benar, maka langkah pertama yang harus kita tempuh ialah bagaimana mengenal diri kita secara benar. Manusia itu lahir, tumbuh dan berkembang dibentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dijumpai dalam realitas sejarah hidupnya. B.     Saran
Demikian makalah yang bisa kami sajikan, kami sadar bahwa ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka, kritik dan saran pembaca sangatlah berguna bagi pengembangan makalah ini. Jika, ada suatu kelebihan, itu hakikatnya adalah milik Allah SWT. Harapan kami, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi siapapun yang membutuhkan.                                                                                                          
   DAFTAR PUSTAKA Yusuf, Kadar, M. Tafsir Tarbawi. Amzah. Jakarta. 2013John S.Brubacher, Modern Philosophies of Education, 4th edition (New Delhi, Tata Mc Grow Hill Publishing Company Ltd, 1981Shihab, Quraish, M. Membumikan al-Qur’an. Mizan. Bandung. 2004.
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta, PT.Rineka Cipta, 1997Aly, Noer, Hery & Suparta, Munzier. Pendidikan Islam Kini dan Mendatang. CV. Triasco. Jakarta. 2003.
al-Qardawi, Yusuf. Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban. Terj. Abad Badruzzaman. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta. 2001.
Artikel islam,tentang kebutuhan manusia akan pendidikan.2014

[1] Artikel islam,tentang kebutuhan manusia akan pendidikan.2014[2]   John S.Brubacher, Modern Philosophies of Education, 4th edition (New Delhi, Tata Mc Grow Hill Publishing Company Ltd, 1981[3] Shihab, Quraish, M. Membumikan al-Qur’an. Mizan. Bandung. 2004.[4] Aly, Noer, Hery & Suparta, Munzier. Pendidikan Islam Kini dan Mendatang. CV. Triasco. Jakarta. 2003.[5] al-Qardawi, Yusuf. Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban. Terj. Abad Badruzzaman. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta. 2001.[6] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta, PT.Rineka Cipta, 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar