BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Setelah berakhirnya periode klasik Islam, Eropa
bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam
bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan islam
dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi itulah yang
mendukung kebarhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa tidak bisa
dipisahkan dari pemerintah Islam di Spanyol atau Andalusia. Dari Andalusia
inilah Eropa banyak menimba ilmu. Pada perode klasik, ketika Islam mencapai
masa keemasannya, Andalusia merupakan pusat peradaban
Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang
Eropa Kristen banyak belajar di perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi
“guru” di Spanyol bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam banyak menarik
perhatian para sejarawan. Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan tentu disebabkan
disamping karena dukungan penuh dari pemerintah juga karena pola pendidikan
yang digunakan saat itu sehingga berbagai bidang ilmu dapat maju pesat dan
tokoh-tokoh penting pun bermunculan. Kondisi ini juga memberikan dampak
terhadap daerah Eropa lainnya. Maka dalam
makalah ini, akan dibahas menganai perkembengan islam di Andalusia,
perkembangan ilmu pengetahuannya, serta faktor kemajuan ilmu pengetahuan,
hingga faktor mundur dan hancurnya kekuasaan dari prestasi yang gemilang.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana perkembangan islam di Andalusia?
2.
Bagaimana perkembangan pendidikan islam pada
masa dinasti Umayyah di Andalusia?
3.
Bagaimanakah kemajuan ilmu pengetahuan di
Andalusia?
4.
Apasajakah faktor-faktor pendukung pendidikan
dan peradaban di Andalusia?
5.
Bagaimanakah proses disentegrasi pendidikan dan
peradaban di Andalusia?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui perkembangan islam di
Andalusia.
2.
Untuk mengetahui perkembangan pendidikan islam
pada masa dinasti Umayyah di Andalusia.
3.
Untuk mengetahui kemajuan ilmu pengetahuan di
Andalusia.
4.
Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung
pendidikan dan peradaban di Andalusia.
5.
Untuk mengetahui proses disentegrasi pendidikan
dan peradaban di Andalusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Islam di Andalusia
Wilayah
Andalusia yang sekarang disebut Spanyol di ujung selatan benua Eropa, masuk ke dalam
kekuasaan dinasti bani Umayyah semenjak Thariq bin Ziyad, bawahan Musa bin
Nushair gubernur Qairuwan, mengalahkan pasukan Spanyol pimpinan Roderik raja
bangsa Gothia tahun 92 H/711 M.
Spanyol diduduki umat islam pada zaman Khalifah
Al-Walid (705-715 M), Salah seorang khalifah dari dinasti Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Ada tiga nama yang disebut berjasa dalam penaklukan
Spanyol, yaitu Musa bin Nushair, Tharif bin Malik dan Thariq bin Ziyad. Kemenangan
ini menjadi awal bagi Thariq untuk menaklukan kota-kota lain di semenanjung
Iberia (Andalusia) tanpa banyak kesulitan.
Penguasaan Umat Islam terhadap Andalusia dapat
dibagi menjadi beberapa periode yaitu :
1. Periode Pertama
Periode antara tahun 711-755 M, Andalus
diperintah oleh para wali yang diangkat oleh khalifah bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Pada periode ini Andalus secara politis belum stabil,
masih terjadi perebutan kekuasaan anta relit penguasa, atau masih adanya
ancaman musuh Islam dari penguasa setempat.
2. Periode Kedua
Periode antara tahun 755-1013 M pada waktu
Andalus dikuasai oleh daulah Umawiyah II. Periode ini dibagi dua yaitu :
a) Masa Keamiran tahun 755-912. Masa ini
dimulai ketika Abd al-Rahman al-Dakhil, seorang keturunan bani Umayyah I yang
berhasil menyelamatkan diri dari pembunuhan yang dilakukan di Damaskus.
b) Masa Kekhalifahan tahun 912-1013 M, ketika
Abd al-Rahman III, amir ke-8 bani Umayyah II, menggelari diri dengan khalifah
al-nasyhir di Dinilah (912-961).
3. Periode ketiga
Periode antara tahun 1031-1492 M, ketika ummat
Islam Andalus terpecah dan menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Periode ini dibagi
menjadi tiga masa yaitu :
a)
Masa kerajaan-kerajaan kecil yang sifatnya
local tahun 1031-1086 M, jumlahnya sekitar 20 buah. Masa ini disebut Muluk
al-Thawaif (raja golongan)
b)
Masa antara tahun 1086-1235 M, ketika ummat
Islam Andalus dibawah kekuasaan bangsa bar-bar Afrika Utara.
c)
Masa antara tahun 1232-1492, ketika ummat Islam
Andalusia bertahan diwilayah Granada di bawah kuasa dinasti bani Ahmar.
Menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata dalam bukunya
Sejarah Pendidikan Islam, Sejarah Panjang yang di lalui umat islam di Andalusia
(Spanyol) itu dapat dibagi dalam enam periode yaitu : Periode Pertama (711-755
M), Periode Kedua (755-912 M), Periode Ketiga (912-1013 M), Periode Keempat
(1013-1086 M), Periode kelima (1086-1248 M) dan Periode keenam (1248-1492 M).
Di bawah kekuasaan Umawiyyah II, kebudayaan
Andalus dapat dikatakan masih berupa rintisan, terutama dalam bidang kesustraan,
arsitektur, dan intelektual. Kebudayaan ini terbagi dalam beberapa bidang,
yaitu bidang kesustraan, bidang seni bangun, bidang ilmu keislaman, bidang
sejarah, dan dalam bidang filsafat.
Masjid-masjid yang didirikan di Asia Barat
tidak hanya digunakan sebagai ibadah saja, tetapi disinipun masjid-masjid itu
berfungsi pula sebagai tempat dan lembaga pendidikan di samping pendidikan umum
lainnya yang terpisah dari masjid. Dari lembaga-lembaga pendidikan itu
memancarlah ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan memberikan arti bagi kehidupan
umat manusia sendiri, tersebar ke segenap penjuru dunia.
B. Perkembangan Pendidikan Islam pada masa
Dinasti Umayyah di Andalusia
Benturan firgah-firgah di
kalangan ummat Islam, khususnya dalam bidang politik, berakhir dengan
kemenangan Muawiyah bin Abi Sufyan, yang memproklamirkan bani Ummayah, sebagai
pemimpin daulah Islamiyah. Setelah negara dalam keadaan aman, mulailah ia
membangun. Pembangunan bidang fisik: menata system pemerintahan, memperlancar
dan memajukan ekonomi perdagangan dan
mengembangkan bidang kebudayaan.
Salah satu aspek dari kebudayaan
adalah mengembangkan ilmu pengetahuan.
Kalau masa Nabi dan khulafaur ar-Rasyidin perhatian terpusat pada usaha untuk
memahami al-Qur`an dan Hadits Nabi untuk memperdalam akidah, akhlak, ibadah,
muammalah dan kisah-kisah al-Qur`an, maka perhatian sesudah itu sesuai dengan
kebutuhan zaman, tertuju pada ilmu-ilmu yang diwariskan bangsa-bangsa
sebelum munculnya Islam.
Pada masa dinasti Umayyah pola
pendidikan bersifat desentrasi. Pada masa ini peletakan dasar-dasar dari
kemajuan pendidikan dimunculkan. Intelektual muslim berkembang pada masa ini.
Kajian ilmu yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah,
Madinah, Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah
(Irak), Damsyik dan Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang
dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu
pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa, amuoun seni suara.
Pada masa khalifah-khalifah
Rasyidin dan Umayyah sebenarnya telah ada tingkat pengajaran, hampir sama
seperti masa sekarang. Tingkat pertama ialah Kuttab, tempat anak-anak belajar
menulis dan membaca, menghafal Al-Qur’an serta belajar pokok-pokok Agama Islam.
Setelah tamat Al-Qur’an mereka meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di
masjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat
menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi gurunya
ulama yang dalam ilmunya, masyhur ke’aliman dan kesalehannya.
Umumnya pelajaran diberikan guru
kepada murid-murid seorang demi seorang. Baik di Kuttab atau di Masjid pada
tingkat menengah. Pada tingkat tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu
tempat yang dihadiri oleh pelajar bersama-sama. Ilmu-ilmu yang diajarkan pada
Kuttab pada mula-mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu:
a)
Belajar membaca dan menulis.
b)
Membaca Al-Qur’an dan
menghafalnya.
c)
Belajar pokok-pokok
agama Islam, seperti
cara wudhu, shalat, puasa dan sebagainya.
Pemerintah dinasti Umayyah
menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat
terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini
dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan
pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi
ilmu.
C. Kemajuan Ilmu Pengetahuan di
Andalusia
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran
peradaban dan kebudayaan yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia
berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan
Yunani-Arab ke Eropa pada abad XII. Minat terhadap pendidikan dan ilmu
pengetahuan serta filsafat mulai dikembangkan pada abad IX M selama
pemerintahan penguasaan Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd Al-Rahman
(832-886 M).
Berdasarkan
literatur-literatur yang membahas sejarah pendidikan dan sejarah peradaban
Islam secara garis besar pendidikan Islam di Spanyol (Andalusia) terbagi pada dua bagian atau tingkatan,
yaitu:
1. Kuttab
Pada lembaga
pendidikan kuttab ini para siswa mempelajari beberapa bidang studi dan
pelajaran-pelajaran yang meliputi fiqih, bahasa dan sastra serta musik dan
kesenian.
a)
Fikih
Pemeluk islam di Andalusia menganut
mazhab Maliki, maka para ulama memperkenalkan materi-materi fikih dari mazhab
Imam Malik. Tokoh-tokoh yang ternasyhur disini diantaranya tersebut nama Ziyad
ibnu Abd. ar-Rahman dan dilanjutkan oleh Ibn Yahya. Yahya sempat menjadi kadi
pada masa Hisyam ibn Abd Rahman, dn masih banyak nama-nama lain, seperti Abu
Bakar ibn al-Qutiyah, Munzir Ibn Said al-Baluthi, dan Ibu Hazm yang sangat
populer dikala itu.
Santri
pada kuttab mendapatkan pelajaran
yang cukup lengkap dari ulama-ulama yang ahli dibidang ilmunya, sehingga para
siswanya lebih cepat menyerap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya, sehingga
menumbuhkan minat belajar dikala itu.
b)
Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab menjadi bahasa resmi umat
Islam di Spanyol, bahasa ini dapat dipelajari di kuttab, bahkan kepada siswanya diwajibkan untuk selalu melakukan dialog
dengan memakai bahasa resmi islam (bahasa Arab), sehingga bahasa ini menjadi
cepat populer dan menjadi bahasa keseharian.
Tokoh-tokoh
bahasa tersebutlah nama Ibn Sayidih, Ibn Malik yang mengarang Al-Fiyah, Ibn
Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan
al-Gharnathi. Dibidang sastra tersohor nama Ibn Abd. Rabbih dengan karya al-‘iqd al-Farid, Ibn Bassam dengan
karyanya al-Dzakhirah fi Mahasin ahl
al-Jazirah, dan Al-Fath ibn Khaqan dengan karyanya kitab al-Qalaid dan lain-lain.
c)
Musik dan Seni
Di Spanyol berkembang musik-musik yang
bernuansa Arab yang merangsang tumbuhnya nilai-nilai kepahlawanan. Banyak tokoh
musik dan seni bermunculan ketika itu, diantaranya, Al-Hasan ibn Nafi yang
dijuluki Ziryab (789-857).
Ziryab
selalu tampil pada acara-acara penjamuan kenegaraan di Cardova, karena ia
merupakan aransemen musik yang handal dan piawai pula mengubah syair-syair lagu
yang pantas dikonsumtifkan kepada seluruh lapisan dan tingkat umur.
Kepiawaiannya bermusik dan seni membuat ia menjadi orang yang termasyhur dikala
itu. Ilmu yang dimilikinya itu diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki
maupun perempuan dan juga kepada para budak, sehingga kemasyhurannya tersebar
luas sangat cepat.
2. Pendidikan
Tinggi
Universitas yang dibangun pada saat itu oleh
bani Umayyah adalah Universitas Cardova. Universitas ini menandingi dua
universitas lainnya, yaitu Al-Azhar di Cairo dan Nizamiyah di Baghdad, dan
telah menarik perhatian para pelajar tidak hanya dari Spanyol, tetapi juga dari
tempat lain seperti dari negara-negara Eropa, Afrika dan Asia. Ilmu Pengetahuan
yang berkembang saat itu adalah Filsafat, sains, sejarah dan geografi.
Pada dunia pendidikan Islam Timur
mulai dikenal dengan madrasah. Menurut Hasan Langgulung, pada zaman
kegemilangan Islam di Andalusia, ilmu-ilmu dan seni semakin bertambah banyak
dan berkembang dengan pesat sehingga sukar dihimpun semuannya. Namun demikian
ia mencoba membuat klasifikasi sebagai berikut :
a)
Pengetahuan dan Syari’ah, yaitu
Ilmu tafsir Al-Qur’an, Ilmu bacaan (qira’ah), tajwid, dan pemberian baris
(dabt), Ilmu Hadits, Ilmu Musthalah Hadits, Ilmu Fiqih, Ilmu Kalam dan Ilmu
tasawuf.
b)
Ilmu-ilmu Bahasa dan Sastra,
yaitu: Ilmu Bahasa, Ilmu Nahu, Saraf dan ‘arud, Ilmu Sastra, Ilmu Balaghah dan
Ilmu Kritik sastra.
c)
Ilmu-ilmu Sejarah dan Sosial,
yaitu: Ilmu Sirah, peperangan dan biografi, Ilmu Sejarah, Ilmu Politik dan
Sosial, dan Ilmu Jiwa, pendidikan, akhlak, sosiologi, ekonomi, dan tata
laksana, yang terdiri dari ilmu-ilmu berikut:
Ilmu Jiwa, Ilmu Pendidikan, Ilmu akhlak, Ilmu Sosiologi, Ilmu Ekonomi, Ilmu
Politik, dan Ilmu tata Laksana. Ilmu-ilmu Geografi dan Perencanaan Kota, yang
terdiri dari Ilmu-ilmu berikut : Ilmu Geografi dan Ilmu Perencanaaan Kota.
d)
Ilmu-ilmu Falsafah, Logika,
Debat, dan Diskusi.
e)
Ilmu-ilmu Tulen (murni), yaitu:
Ilmu Matematika, Ilmu Falak, dan Ilmu Musik.
f)
Ilmu-ilmu Kealaman dan
Eksperimental, yaitu: Ilmu Kimia, Ilmu Fisika, dan Ilmu Biologi.
g)
Ilmu-ilmu Terapan dan Praktis,
yaitu: Ilmu Kedokteran, Ilmu Farmasi dan Ilmu Pertanian.
Pola pendidikan pada periode Bani
Umayyah telah berkembang jika dilihat dari aspek pengajarannya, walaupun
sistemnya masih sama seperti pada masa Nabi dan khulafaur rasyidin. Pada masa
ini peradaban Islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga benua,
yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagian besar Asia yang kesemuanya
itu dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Negara.
Tidak dapat
dipungkiri bahwa islam di Spanyol merupakan tonggak sejarah peradaban,
kebudayaan dan pendidikan pada abad kedelapan dan akhir abad ketiga belas.
Universitas Cardova berdiri megah dan menjadi ikon Spanyol, sehingga Spanyol
termasyhur keseluruh dunia.
Universitas ini
tegak bersanding dengan Masjid Abdurrahman III, yang pada akhirnya berkembang
menjadi lembaga pendidikan tinggi yang terkenal yang setara dengan Universitas
Al-Azhar di Cairo dan Universitas Nizamiyah di Baghdad. Perguruan tinggi ini
telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda yang mencintai ilmu pengetahuan,
baik dari belahan Asia, Eropa, Afrika, dan belahan dunia lainnya.
Banyak yang
pantas dilirik didaerah ini, khususnya dalam bidang pendidikan. Perpustakaannya
saat itu tiada tandingannya, yang menampung kurang lebih empat juta buku yang
mencakup berbagai disiplin ilmu. Buku-buku ini dikonsumtifkan untuk seribu
lebih mahasiswa yang sedang menuntut ilmu.
Selain itu,
terdapat juga Universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Pada perguruan tinggi
ini diajarkan ilmu kedokteran, astronomi, teologi, hukum islam, kimia, dan
lain-lain. Pada lembaga ini terdapat para pengajar yang cukup dikenal
antaranya, Abu Ali Qali yang ahli dibidang biologi. Namun, secara garis besar
perguruan tinggi di Spanyol terdapat dua konsentrasi ilmu pengetahuan, yaitu:
a. Filsafat
Universitas
Cardova mampu menyaingi Baghdad, salah satu diantaranya, karena mampu mengimpor
ilmu filsafat dari belahan Timur dalam jumlah besar, sekalipun Baghdad termasuk
pusat ilmu pengetahuan islam. Sehingga beberapa waktu sesudahnya melahirkan
filosof-filosof besar dengan karya-karya emasnya.
Ibnu Bajjah
adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilasafatan di
Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Yahya ibnu Al-Sha’ig,
yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Orang Barat menyebutnya Avenpace. Ia dilahirkan di Saragossa
(Spanyol) pada akhir abad ke-5 H/ abad ke-11 M.
Tokoh yang
lainnya terdapat nama Abu Bakr ibnu Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah
dusun kecil disebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185
M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya
filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay
Ibn Yaqzhan.
Pada akhir abad
ke-12 masehi muncul seorang pengikut Aristoteles yang terbesar dalam kalangan
filsafat islam, dia adalah Abu al-Walid Muhammad ibnu Ahmad ibnu Muhammad Ruyd
dilahirkan di Cardova, Andalus pada tahun 510 H/1126 M. yang terkenal dengan
nama Ibn Rusyd. Kepiawaiannya yang luar biasa dalam ilmu hukum, sehingga dia
diangkat menjadi ketua Mahkamah Agung di Cardova (Qadhi al-Qudhat). Karya besarnya yang termasyhur adalah Bidayah al-Mujtahid.
b. Sains
Tercatat nama
Abbas ibn Farnas yang termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah
orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Perkembangan sains pada
daerah ini diikuti pula oleh ilmu kedokteran, matematika, kimia dan musik serta
lainnya, bahkan ada ilmuwan wanita yang ahli kedokteran, yaitu Umm al-Hasan
binti Abi Ja’far.
D.
Faktor-faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Dan Peradaban di Andalusia
Menurut Prof.
Dr. H.Abudin Nata,MA, dalam bukunya Sejarah pendidikan Islam, menyebutkan
bahwa faktor-faktor pendukung kemajuan
/peradaban islam di Andalusia adalah sebagai berikut:
1.
Adanya dukungan dari para penguasa. Kemajuan
Spanyol Islam sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan
berwibawa serta mencintai ilmu pengetahuan, juga memberikan dukungan dan
penghargaan terhadap para ilmuan dan cendekiawan.
2.
Didirikannya sekolah-sekolah dan
universitas-universitas di beberapa kota di Spanyol oleh Abd al-Rahman III
al-Nasir, dengan universitasnya yang terkenal di Cardova. Serta dibangunnya
perpustakaan-perpustakaan yang memiliki koleksi buku-buku yang cukup banyak.
3.
Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung
Timur sampai ujung Barat wilayah Islam
dengan membawa berbagai buku dan bermacam gagasan. Ini menunjukkan bahwa
meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang
disebut kesatuan budaya Islam.
4.
Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad
dan Umayyah di Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya
Universitas Cardova yang menyaingi Universitas Bizhamiyah di Baghdad yang
merupakan persaingan positif tidak selalu dalam bentuk peperangan.
Sejarah membuktikan bahwa, selama
Islam dianut dan dipertahankan sifat-sifat aslinya, selama itu ia akan tetap
menjadi pelindung dan penganjur ilmu pengetahuan. Dan selama itu pula umat
islam akan memiliki daya kemempuan dan kesanggupan memfungsikan potensi-potensi
yang ada dalam dirinya dan alam sekelilingnya. Demikian pula mereka akan mampu
dan sanggup memanusiakan dan membudayakan dirinya sendiri dengan bijaksana dan
penuh semangat. Melalui Ilmu pengetahuan, umat Islam telah berhasil membina dan
mengungkap kembali peradaban dan kemanusiaan pada umumnya, yang hingga sekarang
masih menjadi dasar ilmu pengetahuan dan peradaban dunia.
E. Disentegrasi
Pendidikan Dan Peradaban Di Andalusia
Dalam sejarah
dan literatur yang ada mengisyaratkan bahwa, kedigdayaan islam di Andalusia
hanya mampu bertahan sekitar delapan abad saja, kalau dihitung memang waktu
yang cukup panjang dan terjadi beberapa kali pergantian dinasti. Namun pada
akhirnya datang juga masa yang ditakuti yaitu masa-masa kehancuran, yang sampai
hari ini masih belum bengkit dari keluluhan itu.
Diantara
penyebab keruntuhan peradaban dan pendidikan islam di Andalusia adalah:
a)
Konflik Agama
Pada
akhir-akhir kemajuan peradaban pendidikan islam di Andalusia, telah muncul ke
permukaan paham-paham dan perbedaan keyakinan. Kondisi yang tidak menguntungkan
bagi umat islam telah membuat “berani” umat kristiani menampakkan dirinya ke
permukaan. Bahkan dengan terang-terangan telah pula berani menentang kebijakan
penguasa islam dikala itu.
Para penguasa
muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas
dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan
membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi
hierarki tradisional, asal tidak ada perlawanan senjata.
Kondisi seperti
ini dapat diprediksi, bahwa kelengahan umat islam ternasuk toleransi dan
wewenang yang diberikan kepada umat Kristen telah dimanfaatkan untuk mencari
kelemahan islam disaat islam lengah dikala itu. Hal ini diperkuat oleh
al-Qur’an bahwa umat Kristen itu tidak akan pernah diam dan senang, sebelum
islam bertekuk lutut kepadanya.
b)
Ideologi Perpecahan
Istilah ‘ibad dan muwalladun perendahan derajat
kepada orang pribumi ang mukallaf selalu dilakukan oleh orang-orang islam
keturunan Arab, sehingga kelompok-kelompok etnis non-Arab selalu menimbulkan
kegaduhan dan sering menggerogoti serta merusak perdamaian atas celaan dan
pemisahan kasta tersebut. Kultur sosial kemasyarakatan ketika itu amat
berpeluang besar terjadinya pertikaian, apalagi dengan tidak adanya sosok
pemimpin yang dapat mempersatukan ideologi yang telah memecah belah persatuan.
Sehingga keamanan negeri tidak lagi bisa terjamin dengan baik dan terjadinya
perampokan dimana-mana. Kondisi seprti ini dimanfaatkan oleh umat kristiani
untuk menyusun kekuatan.
c)
Krisis
Ekonomi
Dalam situasi
yang semakin sulit, umat kristiani tidak lagi jujur membayarkan upetinya kepada
penguasa islam, dengan berbagai dalih, supaya upeti dan pajak tidak lagi
dikumpul penguasa. Sering terjadi perampokan skenario oleh kelompok kristiani,
dan pada akhirnya menuduh umat islam berbuat aniaya kepadanya.
Keadaan yang
tidak kondusif ini membuat inkam negara jauh berkurang, dan akhirnya berdampak
besar kepada masyarakat. Padahal dipertengahan kekuasaan islam, pemerintah
lebih memerhatikan kemajuan pendidikan dan lupa menata perekonomian, sehingga
melemahkan ekonomi negara dan kekuatan militer serta politik.
d)
Peralihan
Kekuasaan
Granada yang
merupakan pusat kekuasaan islam terahir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand
dan Isabella, sementara dikalangan islam sendiri terjadi perpindahan kekuasaan
dengan sistem ahli waris. Pola yang masih dipertahankan umat islam dalam
menggantikan tampuk kepemimpinan kadang jauh dari kelayakan. Sebagaimana bukti
sejarah yang mengangkat seorang raja atas pertimbangan keturunan yang masih
berusia belasan tahun.
Peralihan
kekuasaan seperti ini sering keliru dalam mengambil keputusan, dan kadang kala
terdapat kesalahan besar dan fatal akibatnya, baik terhadap pamornya, maupun
kestabilan kedaulatan dalam negeri islam sendiri.
Perang Salib dan Akibatnya Terhadap Pendidikan
Islam dan Ilmuwan Muslim di Andalusia
Philip K. Hitti
berpendapat bahwa Perang Salib terjadi tiga angkatan, segala negara Kristen
mempersiapkan tentara yang lengkap persenjataannya untuk pergi berperang merebut
Palestina. Dari sinilah bermula suatu penyerbuan Barat Kristen kedunia islam
yang berjalan selama 200 tahun lamanya dari mulai 1095-1293 M dengan 8 kali
penyerbuan.
Tentara Alp
Arsenal yang berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan
tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz,
Al-Akraj, Perancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih
permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat islam, yang kemudian
mencetuskan Perang Salib.
Akibat yang
ditimbulkan oleh perang salib yang berlangsung selama dua abad itu amat banyak
sekali, di antaranya adalah:
1.
Pemeluk islam yang menduduki Andalusia dan
Sisilia terpaksa hengkang dari dua daerah ini, karena kemenangan Ratu Isabella
dan Raja Ferdinand membuat mereka memberikan tiga tawaran yang tidak
menguntungkan satu pun (keluar dari Spanyol, memeluk agama Kristen, atau
dibunuh).
2.
Delapan kali perang salib, hanya serangan
pertama yang dianggap menang oleh K. Hitti, sedangkan yang lainnya adalah
gagal, sehingga tujuan perang dialihkan untuk merebut kota Mesir.
3.
Kegagalan merebut Mesir membuat perang salib
selanjutnya tidak terarah, maka Spanyol dan Sisilia jauh berada dari Baghdad di
serang dengan membabibuta tanpa pandang bulu, sehingga daerah ini mendapat
getah dari perang salib.
4.
Dengan dikuasainya Sisilia dan Spanyol oleh
Raja Ferdinand dan Ratu Isabella yang sangat membenci islam karena perang
salib, sehingga mereka mengikis habis seluruh jejak islam dan peradabannya,
kecuali bangunan-bangunan yang dianggap perlu yang masih eksis sampai sekarang,
dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Wilayah Andalusia yang sekarang disebut Spanyol
di ujung selatan benua Eropa, masuk ke dalam kekuasaan dinasti bani Umayyah
semenjak Thariq bin Ziyad, bawahan Musa bin Nushair gubernur Qairuwan,
mengalahkan pasukan Spanyol pimpinan Roderik raja bangsa Gothia tahun 92 H/711
M.
2.
Benturan firgah-firgah di
kalangan ummat Islam, khususnya dalam bidang politik, berakhir dengan
kemenangan Muawiyah bin Abi Sufyan, yang memproklamirkan bani Ummayah, sebagai
pemimpin daulah Islamiyah. Setelah negara dalam keadaan aman, mulailah ia
membangun.
3.
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran
peradaban dan kebudayaan yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia
berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan
Yunani-Arab ke Eropa pada abad XII. Minat terhadap pendidikan dan ilmu
pengetahuan serta filsafat mulai dikembangkan pada abad IX M selama
pemerintahan penguasaan Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd Al-Rahman
(832-886 M).
4.
Sejarah membuktikan bahwa, selama
Islam dianut dan dipertahankan sifat-sifat aslinya, selama itu ia akan tetap
menjadi pelindung dan penganjur ilmu pengetahuan. Dan selama itu pula umat
islam akan memiliki daya kemempuan dan kesanggupan memfungsikan potensi-potensi
yang ada dalam dirinya dan alam sekelilingnya.
5.
Dalam sejarah dan literatur yang ada
mengisyaratkan bahwa, kedigdayaan islam di Andalusia hanya mampu bertahan
sekitar delapan abad saja, kalau dihitung memang waktu yang cukup panjang dan
terjadi beberapa kali pergantian dinasti. Namun pada akhirnya datang juga masa
yang ditakuti yaitu masa-masa kehancuran, yang sampai hari ini masih belum
bengkit dari keluluhan itu.
DAFTAR PUSTAKA
Fakhri, Majid. Sejarah Filsafat Islam,
terj. Mulyadi Kartanegara. Jakarta: Pustaka Jaya, 1986.
Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran dan
Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007.
Maryam, Siti, dkk. Sejarah Peradaban Islam.
Yogyakarta: LESFI, 2004.
Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam.
Jakarta: Kencana, 2009.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar